RESUME
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN LEMAK DAN MINYAK
Sifat
Fisiko-Kimia Dan Pengolahan Lemak Dan Minyak
Minyak termasuk kelompok lipida sederhana yang
bersifat tidak laut dalam air. Minyak cair pada suhu ruang Hal ini disebabkan rendahnya kandungan asam
lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak tidak jenuh (memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap) serta mempunyai titik leleh yang rendah. Sedangkan Lemak
termasuk kelompok lipia sederhana yang tidak larut dalam air. Lemak padat suhu
ruang, hal ini disebabkan kandungan yang tinggi asam lemak jenuh (tidak memilki
ikatan rangkap), serta memiliki titik leleh yang lebih tinggi daripada minyak.
Sifat-sifat
minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan kimia. Sifat fisik terdiri dari warna,
odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik lunak (softening
point), slipping point, shot melting
point, bobot jenis, indeks bias, titik asap, dan titik kekeruhan (turbidity point). Sedangkan sifat kimia terdiri dari hidrolisa, oksidasi, hidrogenasi,
dan esterfikasi. Sifat fisiko-kimia lemak/minyak yang penting adalah kelarutan,
titik leleh, kristalisasi, berat jenis, kapasitas absorpsi air, turbidity point, bilangan iod. Parameter
untuk menentukan kualitas lemak/minyak adalah bilangan asam, bilangan
peroksida, bilangan paraanisidin, derajat ketengikan, dan bilangan TBA. Sifat
fisik dari lemak dan minyak sangat penting bagi industri pangan ditinjau dari
seberapa mudah lemak/minyak mengkristal (sifat kristalisasi), seperti minyak
goreng yang baik yaitu tidak mudah
membentuk kristal saat disimpan pada suhu dingin dan seberapa mudah meleleh
(titik leleh), seperti produk cokelat mengandung lemak yang tidak cepat meleleh
pada suhu ruang. Titik leleh sangat penting untuk produk pangan dengan lemak
tinggi yang dapat menentukan sifat kristalisasi atau kemudahan untuk dioleskan,
misalnya butter, margarine, dan cokelat. Sedangkan sifat kimia lemak dan minyak
yaitu seberapa mudah lemak/minyak mengalami oksidasi dan menjadi tengik yang
dapat mempengaruhi umur simpan dari produk akhir,
Kelarutan
Lemak dan minyak bersifat non polar
yaitu tidak larut dalam air hanya dapat larut dalam pelarut organik non polar,
seperti heksana, petroleum eter, dan dietil eter. Minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih
mudah larut dalam pelarut organik daripada asam lemak jenuh dengan panjang
rantai karbon yang sama. Asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya tinggi akan
lebih mudah larut daripada asam lemak dengan derajat ketidakjenuhan rendah
(Ketaren,S, 2008). Sifat dari kelarutan biasanya digunakan
untuk melakukan ekstraksi lemak/minyak, hubungannya dengan proses ekstraksi.
Kristalisasi Lemak
Lemak
memiliki karakteristik yang bersifat plastis (mudah dibentuk, dicetak atau
diempukkan) dan berbentuk padat, biasanya dilunakkan dengan cara pencampuran
dengan udara. Lemak yang plastis mengandung kristal gliserida yang padat dan
sebagian trigliserida cair. Apabila lemak didinginkan maka panas akan hilang
sehingga memperlambat gerakan molekul-molekul asam lemak yang ada di
trigliserida dalam lemak, maka molekul-molekul tersebut akan saling tarik
menarik karena jarak antar molekul lebih kecil dan saling berikatan antara
trigliserida satu dengan lainnya yang akan membentuk kristal.
Gaya
tarik menarik antar molekul yang biasa disebut gaya van del Walls akibatnya
pada asam lemak yaitu asam lemak dalam molekul lemak akan tersusun berjajar dan
saling bertumpuk yang akan berikatan membentuk kristal. Kristal lemak mempunyai
bentuk polimer α (relatif tidak stabil), β (kristal yang stabil), β’
(intermediet/relatif stabil). Bentuk polimer yang khas pada asam lemak
tergantung pada kondisi terbentuknya kristal, perlakuan tehadap lemak sesudah
kristalisasi, dan komponen-komponen asam lemak. Ketika trigliserida yang
terdiri dari satu jenis asam lemak dilelehkan dan didinginkan secara cepat lemak
akan memadat pada titik leleh terendah. Kristal yang terbentuk disebut kristal α.
Jika dipanaskan kembali dan meleleh, dan suhu dijaga diatas titik lelehnya,
maka lemak akan memadat kembali membentuk kristal β’. Dengan cara yang sama
kristal yang stabil β dapat diperoleh. Kristal β mempunyai titik leleh yang
paling tinggi. Untuk produksi shortening maka lemak harus mengkristal dalam
bentuk β’. Lemak yang mempunyai kecenderungan untuk berubah menjadi bentuk β
apabila dapat menghasilkan margarine atau shortening yang kasar dan
berbutir-butir.
Perbandingan
bahan padat dalam lemak sangat penting dalam menentukan sifat fisik dari suatu
produk. Pemadatan lemak tergantung pada kandungan kristal, ukuran serta bentuk
Kristal, dan polimorfisme. Polimorfisme yaitu adanya bentuk kristal yang lebih
dari satu terjadi karena pola susun molekul yang berlainan dalam kristal lemak.
Gejala polimorfisme ditandai dengan terbentuknya kristal bertitik leleh rendah
sehingga terjadi perubahan bentuk yang bertitik leleh lebih tinggi, seperti
beberapa lemak berbentuk kristal β’ yang stabil tetapi dalam lemak lainnya
kristal β’ berubah menjadi bentuk intermediet dan akhirnya berubah menjadi
bentuk β yang besar-besar.
Titik Leleh (Melting Point)
Ketika suatu
senyawa kimia murni dipanaskan, maka terjadi perubahan (transisi) fase dari
padat menjadi cair pada suhu tertentu. Saat cairan tersebut didinginkan,
transisi akan berjalan sebaliknya pada suhu yang sama. Ketajaman melting
point adalah salah satu tes kemurnian bahan. Lemak alami, bukanlah senyawa
yang murni tapi lebih merupakan campuran trigliserida yang disusun oleh beragam
asam lemak. Karena itu, pelelehan lemak berlangsung secara gradual.
Melting
point pada asam lemak bervariasi tergantung pada beberapa
aturan sederhana, yaitu:
·
Peningkatan panjang rantai meningkatkan melting
point
·
Peningkatan tingkat kejenuhan
meningkatkan melting point
·
Perubahan isomer cis menjadi trans
meningkatkan melting point
Titik
leleh merupakan suhu dimana lemak/minyak berubah wujud dari padat menjadi cair
yang ditentukan oleh ada tidaknya ikatan rangkap asam lemak penyusunnya dan
panjang rantai asam lemak. Lemak/minyak yang tersusun asam lemak jenuh memiliki
titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan yang tersusun asam lemak tidak
jenuh, seperti pada lemak dari ikan laut yang umumnya mengandung asam lemak
tidak jenuh yang lebih banyak sehingga berbentuk cair dan lebih mudah mengalami
reaksi oksidasi.
Kekuatan
ikatan antar asam lemak dalam kristal dapat mempengaruhi pembentukan kristal,
serta dapat mempengaruhi titik cair/titik leleh lemak. Semakin kuat ikatan
antar molekul asam lemak maka akan semakin banyak panas yang diperlukan untuk
pencairan kristal sehingga titik leburnya menjadi tinggi. Asam lemak yang
mempunyai ikatan tidak begitu kuat maka memerlukan lebih sedikit energi panas
untuk mencairkan kristal sehingga titik lelehnya menjadi lebih rendah.
Gaya
tarik menarik antar asam lemak ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan
rangkap, dan bentuk cis atau trans dari asam lemak tidak jenuh. Semkain panjang
rantai C maka titik cair akan semakin tinggi. Sedangkan semakin banyak ikatan
rangkap maka ikatan antar lemak semakin lemah sehingga titik cair menjadi lebih
rendah. Bentuk trans pada asam lemak menyebabkan lemak mempunyai titik lemur
yang lebih tinggi daripada bentuk cis. Struktur asam lemak trans lebih mudah
membentuk ikatan van del Waals dengan molekul lain sehingga ikatannya lebih
kuat dan titik lelehnya lebih tinggi. Sedangkan struktur asam lemak cis sulit
berikatan satu sama lain sehingga titik leleh cenderung lebih rendah
dibandingkan asam lemak trans.
Indeks Refraksi
Pengukuran
indeks refraksi ini berguna untuk menguji kemurnian suatu lemak/minyak yang
berhubungan dengan bilangan iod lemak apabila digunakan untuk mengendalikan
proses hidrogenasi. Parameter yang berkaitan yaitu berat molekul panjang rantai
asam lemak, tingkat ketidakjenuhan, dan tingkat konjugasi.
Berat Jenis
Berat
jenis lemak/minyak yaitu berat minyak (gram) per satuan volume (ml). Umumnya
minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dari air berkisar antara
0,916–0,923 g/ml.
Bilangan Iod
Iodine
Value (IV) atau bilangan iod menunjukkan tingkat
ketidakjenuhan suatu lemak atau minyak. Iodine (I2)
dapat diadisikan pada ikatan rangkap dalam asam lemak tak jenuh. Ikatan rangkap
pada asam lemak tidak jenuh yang diadisi oleh senyawa iod akan menghasilkan
senyawa dengan ikatan jenuh. Reaksi ini (dengan berbagai variasi untuk
mempercepat) digunakan untuk mengukur kejenuhan minyak. Hasilnya dijelaskan
sebagai gram iodine yang terserap oleh 100 gram minyak/lemak. Reaksi
berlangsung baik pada ikatan rangkap konfigurasi cis ataupun trans.
Turbidity Point
Turbidity point ini berguna untuk
mengetahui adanya pengotoran oleh bahan asing atau pencampuran minyak,
contohnya pada minyak dapat ditentukan dengan mengukur suhu minyak pada saat
minyak/lemak cair berubah menjadi padat.
Indeks Padatan Lemak (Solid Fat Index)
SFI merupakan ukuran tingkat
kepadatan lemak pada suhu yang berbeda, biasanya menunjukkan persentase lemak
yang terdapat dalam bentuk Kristal dapat dilihat dari minyak yang meleleh pada
suhu tertentu.
Pengolahan Lemak Dan
Minyak
Adapun tahapan proses pengolahan
lemak dan minyak secara umum adalah sebagai berikut:
1. Proses
ekstraksi
Proses ini dapat dilakukan dengan cara pengepresan
mekanik dan pemanasan, serta menggunakan pelarut lemak yang bersifat non polar
dan tidak toksik, misalnya heksana.
2. Proses
pemurnian
Lemak kasar dilakukan dengan proses pemurnian untuk
menghasilkan lemak/minyak yang lebih murni dengan sifat fisik yang sesuai.
3. Degumming
Proses degumming
yaitu memisahkan senyawa gummy ke
dalam fase air sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan, penyaringan
atau sentrifugasi.
4. Refining
Proses refining
yaitu menghilangkan komponen-komponen yang tidak dapat dihilangkan melalui
proses degumming, misalnya pigmen,
senyawa fosfatida tidak larut air, mineral mikro, dan senyawa-senyawa hasil
oksidasi.
5. Bleaching
Bleaching/pemucatan adalah proses pemucatan minyak
untuk menghilangkan komponen-komponen yang mempengaruhi warna cokelat/merah
kuning pada minyak, seperti karotenoid dan tokoferol.
6. Deodorisasi
Proses deodorisasi yaitu menghilangkan asam lemak
bebas dan senyawa yang menyebabkan bau menyimpang yang dapat menimbulkan bau
yang menyimpang pula (off odor).
7. Fraksinasi
Proses fraksinasi yaitu memisahkan fraksi minyak dan
lemak, misalnya fraksi olein dan stearin. Biasanya dilakukan pada proses
pengolahan sawit.
Tahapan
proses modifikasi pengolahan lemak dan minyak adalah sebagai berikut:
1.
Hidrogenasi
Hidrogenasi
adalah proses eliminasi ikatan rangkap pada minyak dengan penambahan gas H2
untuk
merubah minyak tak jenuh (unsaturated) menjadi minyak jenuh (saturated).
Indikator untuk mengetahui jumlah ikatan rangkap pada minyak adalah Iodine
Value (IV). Semakin rendah IV maka semakin sedikit pula ikatan rangkap pada
minyak.
Proses
hidrogenasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a.
Fully Hydrogenation adalah
proses hidrogenasi untuk menghilangkan ikatan rangkap secara keseluruhan.
Target penurunan IV maksimal hingga 0-2.
b. Partial
Hydrogenation adalah proses hidrogenasi untuk
menghilangkan hanya sebagian ikatan rangkap.
c.
Selective Hydrogenation adalah
proses hidrogenasi untuk menghilangkan sebagian ikatan rangkap pada posisi yang
selektif sesuai dengan Solid Fat Content (SFC) yang diinginkan. Jenis
ini hampir sama dengan Partial Hydrogenation.
Hidrogenasi
adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi hidrogen
(H2).
Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hidrogen ke sebuah molekul.
Proses ini dilakukan dengan cara mereaksikan minyak panas dengan gas hidrogen
yang dikatalis dengan nikel. Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang
berjalan efisien sedangkan hidrogenasi non-katalitik hanya berjalan dengan
kondisi temperatur yang sangat tinggi. Pada hidrogenasi terjadi proses
pengubahan jumlah ikatan rangkap dalam suatu asam lemak oleh gas hydrogen (H2).
Dengan hidrogenasi, terjadi penambahan atom hidrogen ke dalam ikatan rangkap
asam lemak sehingga jumlah ikatan rangkap tersebut berkurang atau ikatan
rangkapnya terlepas. Perubahan jumlah ikatan rangkap akan mengarah pada
perubahan sifat fisik dan kimia minyak, yang terlihat dari angka yodium atau Iodine
Value (IV), kandungan lemak padat atau Solid Fat Content (SFC) dan
titik leleh atau Slip Melting Point (SMP) produk. Proses hidrogenasi juga
bertujuan untuk mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh yang
dapat meningkatkan titik leleh lemak/minyak sehingga dapat mengubah wujudnya
dari cair menjadi padat.
2. Inter-esterifikasi dan intra-esterifikasi
Esterifikasi
merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol untuk membentuk ester
secara umum. Interesterifikasi adalah suatu reaksi dimana ester trigliserida
atau ester asam lemak diubah menjadi ester lain melalui reaksi dengan suatu
alcohol (alkoholisis), asam lemak (asidolisis) dan transesterifikasi.
(Sreenivasan, B. 1978, JAOCS. Soc. 55,11 : 796-805).
Interesterifikasi
merupakan reaksi suatu ester dengan ester lainnya atau ester interchange.
Pengaruh interesterifikasi terhadap minyak dan lemak sangat tergantung kapada
komposisi dan distribusi asam lemak. Campuran lemak yang memiliki kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi dengan minyak cair akan menurunkan titik lebur
melalui penataan ulang secara acak karena asam-asam lemak dari lemak jenuh
menjadi terdistribusi secara luas. (Silalahi, 2002). Metode ini merupakan salah
satu alternatif proses yang dapat digunakan untuk menghindari terbentuknya asam
lemak trans, bahkan menghasilkan lemak zero trans (bebas isomer trans)
(Petrauskate ,et.al.,1998 ; Berger and Idris, 2005; Indris and Mat Dian ,
2005). Reaksi inter-esterifikasi digunakan untuk menggantikan asam lemak yang
terikat pada gugus gliserol dengan asam lemak lain yang berbeda titik leleh.
Reaksi intra-esterifikasi dilakukan dengan menukar-nukar posisi asam lemak pada
rantai gliserol tanpa mengubah jenis asam lemaknya.
Reaksi interesterifikasi dalam
trigliserida dapat berlangsung baik secara intramolekuler maupun
intermolekuler. Relokasi gugus asil dari asam lemak dalam molekul trigliserida
yang sama disebut intraesterifikasi ,sedangkan perpindahan secara acak dan
pertukaran gugus asil diantara molekul-molekul trigliserida hingga tercapai
keseimbangan dengan semua kombinasi yang mungkin disebut dengan interesterifikasi
(Davidek,et,al, 1990).
Interesterifikasi tidak mempengaruhi
derajat kejenuhan asam lemak atau menyebabkan terjadinya isomerisasi asam lemak
yang memiliki ikatan ganda. Jadi dapat dikatakan bahwa reaksi interesterifikasi
tidak akan mengubah sifat dan profil asam lemak yang ada , tetapi mengubah
lemak atau minyak karena memiliki susunan trigliserida yang berbeda. Interesterifikasi
dapat terjadi dengan adanya katalis kimia (interesterifikasi
kimia atau dengan adanya biokatalis
enzim (interesterifikasi enzimatik).
trimakasih untuk infonya, sangat bermanfaat sekali
BalasHapussaya mau tanya, megenai titik beku minyak. minyak kan biasanya membeku pada suhu 15 C, kalau ingin menurunkan titik beku minyak bagai mana ya caranya??
Posting Komentar