Jika suatu negeri mengingkariku
atau aku mengingkarinya
aku pun segera keluar bersama burung-burung
dan penduduknya
--Basyar

***

15 tahun usianya, Imam Syafi'i telah diangkat menjadi ulama fatwa makkah dan madinah.
16 tahun usianya, Badiuzzaman Said Nursi telah menghafal 80 kitab tebal dasar agama islam.
17 tahun usianya, Usamah bin Zaid memimpin pasukan besar berisi sahabat besar melawan Romawi.
18 tahun usianya, Imam Bukhari telah menulis kitab tebal sejarah islam.
19 tahun usianya, Salahuddin telah memulai ekspedisi perang melawan pasukan salib di Mesir.
20 tahun usianya, Ibnu Batutah telah memulai petualangan bersejarahnya mengelilingi dunia.
21 tahun usianya, Muhammad Al-Fatih telah membuka gerbang kota kontsantinopel.
***

Tahun 1908 berdiri Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia. Organisasi pemuda, pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda ini kemudian menerbitkan Koran Indonesia Merdeka. Dalam terbitannya yang pertama koran ini menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu sebuah Indonesia yang merdeka.

20 Mei 1908 berdiri organisasi pemuda Budi Utomo yang kemudian diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.

16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB, para pemuda mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, untuk menghindari pengaruh tekanan musuh dan kemudian didesak agar mempercepat proklamasi, sampai kemudian terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Akhmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

10 November Surabaya, Bandung Lautan Api, juga merupakan bukti pengorbanan generasi muda dalam perannya sebagai agen of change.

10 Januari 1966 Mahasiswa melancarkan tuntutan yang dikenal dengan nama Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Tri Tuntutan Rakyat dapat terwujud dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Suharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan ormas-ormasnya. Selain itu, Supersemar juga mengamanatkan agar meningkatkan perekonomian Indonesia sehingga dapat terwujud kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bulan Mei tahun 1998 para mahasiswa memaksa Soeharto dan kroninya lengser. Merubah sistem pemerintahan yang represif menjadi demokratis.
***

Tjandramukti, Peneliti pertanian tropis dan salah satu pelopor mixed farming yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya di desa ini, sekitar tahun 2000 berhasil menemukan varietas kedelai baru yang memiliki produktifitas yang tinggi, mencapai 3,4 ton per hektar (salah satu yang tertinggi di daerah tropis secara internasional ), dibandingkan rata- rata nasional yang hanya 1,3 ton per hektar. Kedelai ini memiliki ukuran besar, protein yang tinggi (43,9 %), umur yang pendek (72 hari), dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik di daerah tropis bila ditanam dengan best practice yang beliau kembangkan

Tjokorda Raka Sukawati, penemu metode Sosrobahu, sistem pembuatan penyangga jalan layang secara sejajar dengan jalan yang akan dibuat, dan dapat diputar dengan mudah bila akan digunakan. Sistem ini menghemat tempat, sehingga tidak memacetkan lalu lintas di bawahnya bila sebuah jalan layang dibuat di atas jalan lain.

Prof. Ir. R.M. Sedyatmo, lulusan ITB angkatan 1934 ini berhasil menemukan pondasi cakar ayam pada tahun 1962. Sistem pondasi ini memungkinkan pembangunan di atas lahan yang labil, seperti landasan pacu pelabuhan udara Soekarno Hatta, Jakarta, dan banyak bangunan lain di seluruh dunia.

Pak Mukibat adalah petani sederhana dari Kediri ini pada tahun 1950 menemukan sistem penanaman singkong yang revolusioner. Beliau menempelkan batang ketela pohon karet yang daunnya rimbun di atas ketela pohon biasa (grafting). Setelah di tanam hasilnya sangat luar biasa. Dengan sistem pemanenan berulang, sebuah ketela pohon dapat memproduksi hingga 5 kali lipat dari yang biasanya. Untuk menghormati sistem tempel pada ketela pohon saat ini secara internasional dinamai sistem Mukibat.

BJ Habibie, penemu besar dari indonesia yang menemukan Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang).

Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.

 Dr. Warsito P. Taruno ini dikenal dengan temuan rompi antikanker yang dapat menyembuhkan kanker tanpa operasi.

Prof. Ir. Achmad Subagio, MAgr., Ph.D. penemu metode pengolahan singkong termodifikasi yang dapat meningkatkan mutu tepung sehingga bisa digunakan untuk berbagai produk pangan dan meningkatkan martabat singkong.
***
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)
***

Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Kehidupan yang terjadi disekitar pemuda  mempengaruhi proses terjadinya gerak dan pola pikir yang mengarahkan mereka pada tingkahlaku yang seperti apa yang seharusnya mereka lakukan. Barangkali dengan ancaman yang cukup berbahaya yang menjadikan pemuda terbuka matanya dengan keadaan kehidupan umat yang terus berjuang untuk mendapatkan hak dan kebebasannya.

Ada di antara pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang, di mana kekuasaan pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh warganya. Sehingga pemuda yang tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripada untuk masyarakat. Dia pun kemudian cendrung main-main dan berhura-hura karena meresa tenang jiwanya dan lega hatinya.

Ada juga pemuda tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergejolak, di mana bangsa itu sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam semua urusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya untuk mengembalikan hak yang dirampas, tanah air yang terjajah, dan kebebasan, kemuliaan, sarta nilai-nilai agung yang hilang. Saat itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yang tumbuh dalam situasi seperti ini adalah berbuat untuk bangsanya lebih banyak dari pada berbuat untuk dirinya sendiri. Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dengan mendapatkan kebaikan segera di medan kemenangan dan kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari Allah swt.

Barangkali, merupakkan suatu keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk pemuda kelompok kedua (yang dibesarkan dalam situasi keras dan bergejolak). Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjuang untuk mendapatkan hak dan kebebasan.
---Al Banna, 2011
***

Di zaman reformasi ini keadaan Indonesia lebih stabil daripada zaman-zaman sebelumnya. Fasilitas dan akses yang serba maju memanjakan penduduknya. Sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi dan lainnya berkembang sangat pesat dan semakin bagus. Sayang sekali kemajuan tersebut tidak tersebar secara merata dan tidak dirasakan oleh semua masyarakat Indonesia. Masyarakat yang belum tersentuh dan terpaksa tidak bisa merasakan kemajuan zaman masih lebih banyak daripada mereka yang menikmatinya. Keadaan tersebut diperparah oleh sistem pemerintahan yang semakin semrawut.

Krisis multidimensi terus berlanjut hingga saat ini. Pemerintahan yang kehilangan wibawa, krisis kepemimpinan, rupiah yang semakin melemah, harga BBM melambung tinggi yang diikuti oleh harga-harga kebutuhan lainnya, penarikan subsidi yang tidak jelas pengalihan alokasinya, kemandirian pengelolaan sumber daya yang minim, serta persoalan-persoalan lainnya.

Keadaan tersebut seharusnya memaksa pemuda untuk bergerak dan menjadi bagian dari perbaikan. Akan tetapi saat ini kita lihat gerakan pemuda kurang massif dan mengalami kelesuan. Hal ini diduga disebabkan oleh tuntutan studi yang semakin berat, persaingan kerja yang semakin ketat, para mahasiswa mayoritas merupakan anak-anak orang yang berkecukupan sehingga tidak peka terhadap penderitaan rakyat atau mereka kurang mampu tetapi mendapat beasiswa berbatas waktu yang memaksa mereka untuk mengejar target studi. Selain itu juga dipengaruhi adanya penanaman mindset buruk terhadap aksi-aksi mahasiswa di ranah politik.

Mahasiswa dan Politik
Mayoritas mahasiswa, terutama mereka yang studi oriented ketika mendengar kata "politik" kebanyakan akan membayangkan pemerintahan yang buruk dan berpandangan buruk terhadap mahasiswa yang ikut-ikutan urusan politik praktis di pemerintahan. Politik dianggap sebuah pekerjaan yang penuh dengan modus-modus kepentingan. Orang yang berpolitik dianggap penuh ambisi.

Banyak teman-teman saya yang selalu mengatakan, "kita ini mahasiswa, tugas kita belajar, melakukan penelitian untuk kemajuan bangsa. Aksi-aksi jalanan untuk apa sih? kalau dikit-dikit demo, kacau kan malah nggak maju-maju negara kita." Bagi mereka ilmu pengetahuan lebih penting untuk kemajuan bangsa. Aksi-aksi jalanan sudah tidak relevan lagi karena masyarakat dan juga sebagian teman-teman mahasiswa sekarang ini memandang bahwa aksi jalanan adalah aksi bayaran, penuh intrik dan ditunggangi kepentingan-kepentingan kelompok. Hal ini terjadi akibat krisis multidimensi yang saya sebutkan di awal.

Pemerintahan, yang kerap kali dikonotasikan dengan kata politik, dan kehidupan bernegara memiliki kaitan yang erat dan saling berhubungan. Pemerintahan yang disimbolkan sebagai negara berfungsi dan berperan dalam mengakomodasi kepentingan rakyat sebagai sumber legitimasi. Kekuasaan pemerintah dalam mengatur rakyatnya dalam kehidupan bernegara akan sangat mempengaruhi setiap kegiatan rakyat yang berada di dalamnya. Sehingga sebaik apapun kegiatan perbaikan yang dilakukan oleh rakyat dan penemuan-penemuan teknologi menjadi tidak akan berguna bagi kemajuan bangsa tanpa dukungan dari pemerintah. Pemerintah saat ini yang kurang memberikan ruang pada perkembangan teknologi dan industrialisasi hasil penelitian dalam negeri menyebabkan hasil-hasil penelitian dan penemuan anak bangsa jarang yang sampai pada penerapan secara massif. Hasil penelitian dan penemuan masih banyak yang hanya menjadi tumpukan artikel ataupun jika dikembangkan, lebih banyak dikembangkan oleh pemodal asing. Oleh karena itu, abai terhadap politik dan pemerintahan dengan hanya studi oriented saja adalah mencapai kemajuan menuju perbudakan sedangkan abai terhadap studi dan ilmu pengetahuan akan membuat kita merdeka dalam kemiskinan.

Menganggap aktivitas politik dan aksi-aksi turun ke jalan sebagai sebuah hal yang sia-sia tentu merupakan kesimpulan yang terlalu dini. Keadaan yang tenang pada saat pemerintah melakukan kedzhaliman akan membuat pemerintah semakin percaya diri, merasa aman dan dapat berujung pada kembalinya rezim otoriter. Aksi turun jalan dan negoisasi politik setidaknya akan memperlihatkan bahwa rakyat tidak diam dalam penindasan dan juga memberikan ancaman pada pemerintah untuk tidak melakukan keburukannya lebih jauh lagi. Rakyat, khususnya para pemuda dan mahasiswa, yang berperan sebagai katalisator perubahan tatkala negara mandek dan tidak becus dalam mengurus rakyatnya diharapkan mampu berpegang teguh pada nilai dan gagasan idealnya. Pada era demokratis dimana kebebasan berpendapat dijamin, para pemuda khususnya para mahasiswa dapat menjadi kontra hegemoni ketika terjadi hegemoni oleh pemerintah. Peran inilah yang seharusnya tetap dipertahankan dan dimainkan untuk menjaga kestabilan hubungan antara pemerintah dan rakyat.

Peran Kita
Sebagai agen of change, pemuda hendaknya selalu menjadi garda terdepan dalam mengontrol dan memberikan sumbangan pada kehidupan bersama. Setiap potensi yang dimiliki oleh seseorang hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk kemaslahatan bersama. Sekecil apapun sumbangan yang diberikan oleh seorang pemuda tentu tetap akan terhitung sebagai sebuah batu yang membangun tembok peradaban.

Setiap makhluk hidup diciptakan Allah dengan unik sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Ikan dengan siripnya, burung dengan sayapnya, karnivora dengan taring dan cakarnya. Kita pun sebagai manusia telah dibekali dan diberikan jalan hidup yang berbeda-beda pula. Tempat kita dilahirkan, lingkungan yang membentuk kita, kemampuan dan keahlian kita diberikan oleh Allah secara unik dan berbeda-beda agar kita saling melengkapi dan saling mengenal. Ada yang diberi kemampuan teknis analitis, ada yang diberi kemampuan verbal dan linguistik, ada yang diberi kemampuan visual dan estetik, begitu juga dengan sisi kehidupan yang lain. Kemampuan dan keahlian yang dimilik tersebut hendaknya dioptimalkan untuk kemanfaatan tanpa ada perasaan iri atau perasaan paling unggul. Walaupun ada beberapa orang yang oleh Allah dikaruniai kelebihan potensi dan diberikan rejeki lahir di lingkungan dan keluarga yang kondusif dapat memiliki banyak keahlian dan memiliki keunggulan-keunggulan. Tidak dapat dipungkiri, kondisi fisik, lingkungan, teman dan keluarga turut menentukan optimalisasi potensi seseorang.

Sebagai mahasiswa yang tentunya lebih tahu dan memiliki akses yang lebih mudah kepada pemerintahan, maka wajib baginya untuk mengoptimalkan kesempatan tersebut untuk berperan dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Walaupun hanya dengan datang dan meramaikan aksi sebagai bentuk protes terhadap kedzaliman. Turun ke jalan sebagai aksi menyeru pemerintah untuk melakukan perbaikan dan mengingatkan agar tidak melakukan keburukan 
 "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran:104)
Mahasiswa yang berkewajiban menuntut ilmu tentu juga harus mengedepankan studinya. Belajar dan terus berimprovisasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan bangsa harus diutamakan.
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (At-Taubah : 122)
Maka mulai saat ini, kenali diri kita masing-masing, gali potensi yang ada, kemudian tentukan peran mana yang akan kita ambil, lalu optimalkan tanpa mengabaikan urusan yang lain. Jangan sampai kita ikut-ikutan saja, kemudian terlalu condong kepada sebuah peran dan meremehkan peran yang lain. Tuhan telah menciptakan dunia berpasang-pasangan dan berjalan dalam kesetimbangan maka kita pun wajib menjaga kesetimbangan tersebut. 
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia letakkan keseimbangan (keadilan)Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu,Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.(Ar Rahmaan:7-9)
Tidak sepatutnya aktivis pergerakan menyepelekan peran para mahasiswa SO (studi oriented) dan juga tidak pantas mahasiswa SO memandang remeh para aktivis gerakan. Sudah saatnya kita saling melengkapi dan menjaga keseimbangan, menyepakati titik tengah untuk kemudian bekerja sama untuk kemajuan bangsa. Jangan sampai kita sok-sokan jadi aktivis padahal tidak berkontribusi atau sok-sokan studi oriented tetapi studinya berantakan. Hal tersebut merupakan kerugian karena tidak mampu mengoptimalkan perannya yang pada akhirnya hanya akan menjadikannya buruh di negeri sendiri.

Kaidah fiqh "mencegah mudhorot keburukan, lebih harus didahulukan daripada mengambil manfaat" tentu saja juga berlaku di sini. Ketika keadaan negara sangat genting dan darurat, maka mengambil manfaat dengan SO hendaknya ditinggalkan sejenak untuk mencegah kemungkaran karena hasil studi tak akan banyak berguna tatkala negara hancur oleh sistem yang dzholim. Oleh karena itu, jika kamu punya kesempatan, luangkan waktu, turunlah ke jalan, tuntaskan perubahan!!! :)

“Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka dia bukan dari mereka.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir)

Segera kenali potensi diri! tentukan peran! optimalkan!
Salam Mahasiswa!
Jember, 15 Maret 2015

 Ibrahim Aghil
------------
Referensi:
Al-Qur'anul Kariim
Al Banna, Hasan.2011. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1. Surakarta: Era Intermedia.
______________.2011. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 2. Surakarta: Era Intermedia.
Hamzah, Fahri.2010. Negara, Pasar dan Rakyat. Jakarta: Yayasan Faham Indonesia

Post a Comment