“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar ra’d:28)

Akhir-akhir ini seringkali kita dengarkan jargon “ngopi disek ben gak edan” (minum kopi dulu biar tidak gila) atau “ngopi disek ben gak salah paham” (minum kopi dulu biar tidak salah paham). Kampanye ngopi ini sudah begitu memasyarakat mulai dari kalangan elit sampai kalangan alit (orang kecil). Di kalangan aktivis dakwah pun jargon ini juga sudah tidak asing lagi. Kopi seakan-akan sudah menjadi sebuah solusi kegalauan hati.

Menurut para peneliti, kopi mengandung senyawa kafein yang merupakan zat psikoaktif. Kafein dapat mempengaruhi susunan saraf pusat secara selektif sehingga menimbulkan perasaan tenang, meningkatkan frekuensi detak jantung, dan mengurangi rasa kantuk. Kafein termasuk zat psikotropika ringan yang legal dikonsumsi di dunia. Mengkonsumsi kafein terlalu sering dapat menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, dalam buku risalah pergerakan bab risalah ta’alim, ustadz Hasan Al Banna berpesan kepada para jama’ahnya khusus mengenai kopi.

“Hendaklah engkau menjauhi berlebihan dalam menkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya, janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat, dan hendaklah engkau menghindar sama sekali dari rokok.” (Hasan Al Banna)

Beberapa orang ada yang lebih ekstrim lagi menganggap ngopi sebagai solusi atas permasalahan ukhuwah. Padahal masalahnya sebenarnya bukan pada ngopinya, tapi pada pola komunikasinya. Kesalah pahaman seringkali dipengaruhi oleh keadaan hati kita. Seberapapun tenangnya fikiran kita karena kafein dari kopi, jika hati kita sedang bermasalah, bisa jadi ngopi menjadi salah satu cara untuk membunuh seseorang (seperti kasus kopi sianidanya si Jessica).

Sebagaimana ayat qur’an yang saya kutip di awal tulisan ini, bahwa ketenangan yang sebenarnya bukan diperoleh dari banyaknya kafein yang merangsang otak kita, tapi dari banyaknya dzikir kita kepada Allah yang menenangkan hati kita. Begitu juga dengan ukhuwah atau persaudaraan bukan karena obrolan santai kita dibawah pengaruh kafein, tetapi karena hati kita telah dipersatukan oleh Allah swt. 

“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal: 63)

Sya’ir popular di Indonesia terutama di kalangan santri mengatakan bahwa salah satu tombo ati (obat hati) adalah moco qur’an sak maknane (membaca qur’an sekaligus mengkaji maknanya). Qur’an sebagai petunjuk hidup seorang muslim memuat solusi permasalahan hidup dan kunci-kunci kebahagiaan. Al Qur’an juga akan menjadi adz dzikr atau pengingat kita kepada Allah yang dapat menenangkan hati kita ketika membaca maupun hanya sekedar mendengarkannya. Oleh karena itu, ayo ngaji disek ben gak edan (ngaji dulu biar tidak gila).

Lalu, bagaimana dengan kopi?

Kopi itu halal dan  ngopi tidak haram. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan ngopi. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah persepsi berlebihan kita pada efek ngopi. Kecanduan yang diakibatkan terlalu sering mengkonsumsi kafein pada kopi tentu juga tidak bagus untuk kesehatan. Mungkin kita bisa mengganti “teman” diskusi kita tersebut dengan minuman lain seperti susu, wedang jahe, atau yang lainnya. Ngopi-nya sesekali saja. Sing penting ojo lali ngaji disek ben gak salah paham.

Post a Comment