Kutulis sajak ini
saat engkau kebingungan
ketika gunung telah meletus
dan air mata tangis bercucuran
maka aku bertanya
akankah engkau diam saja?

 Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Ketika kita membaca atau mendengar hadist di atas, apa yang terlintas di pikiran kita? Mayoritas akan berpikiran bahwa kita jangan banyak berkata-kata, bahwa diam itu lebih baik bukan?

Kita Harus Bicara
Di zaman akhir ini, kita dipertontonkan dengan banyaknya permasalahan-permasalahan mengenai perkataan. Banyak kedzholiman, fitnah, dan pemutarbalikan fakta, yang benar disalahkan dan yang salah dianggap benar. Kemaksiatan dipertontonkan seakan-akan sebuah kemajuan sedangkan kebaikan dianggap sebuah keterbelakangan. Media masa dan teknologi komunikasi yang semakin canggih membuat pertukaran informasi semakin bebas. Kini setiap orang bisa menyebarkan pemikiran, pendapat, dan berita-berita apa saja ke semua orang.

Menghadapi kondisi semacam itu, maka pilihan kita ada dua, yaitu berkata yang baik atau diam. Kebanyakan orang pasti akan lebih memilih diam karena dianggap sebagai pilihan paling aman yang didukung oelh hadist yang telas saya sebut di atas. Tetapi, kita harus ingat bahwa kita telah mendapat tugas besar dari Allah swt.:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

Kita, yang terlahir sebagai umat Islam, adalah umat pilihan dan tugas kita adalah menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, tentu tidak akan bisa kita lakukan hanya dengan diam saja.

Bicaralah yang Baik
Sejalan dengan sabda Rasulullah di atas, yaitu "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik ...". Dalam hadits tersebut sangat jelas bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk berkata yang baik. Perintah untuk orang-orang beriman bukanlah diam tetapi berkata yang baik. Berkata yang baik adalah perintah, bukan pilihan. Oleh karena itu kita harus berusaha membuktikan keimanan kita dengan tetap menyampaikan kebenaran. Sebagaimana firman Allah swt:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Jangan Diam
Ketika melihat kemaksiatan dan kedzholiman, mayoritas dari kita akan memilih untuk diam. Mungkin karena frustasi dengan banyaknya permasalahan, tidak mau repot dan mendapat masalah, atau karena tak mau tau. Padahal Rasulullah telah mewasiatkan pada Abu Dzaar, "Katakanlah kebenaran walau itu pahit". Tetapi dalam mengatakan kebenaran tentu harus dengan cara yang baik dan tidaqk menimbulkan kemudhorotan yang lebih besar. Kita harus lebih kreatif untuk mengemas dakwah kita agar mudah diterima oleh masyarakat sebagaimana firman Allah swt:

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik... " (QS. An-Nahl : 125)

Diam harus menjadi pilihan terakhir kita ketika kita tidak bisa lagi bicara yang baik. Diam adalah pilihan terakhir saat kita berkata malah akan menimbulkan kemudhorotan yang lebih besar. Diam adalah pilihan yang harus kita hindari karena diam merupakan tanda kelemahan iman kita.

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim)

Maka, sebarkan kebaikan, buktikan keimananmu dengan berkata yang baik, jangan diam...!

1 Komentar

Posting Komentar