HARKITNAS, begitulah orang-orang umumnya menyebut Hari Kebangkitan Nasional Indonesia. Hari yang biasa diperingati pada tanggal 20 Mei ini, berawal dari berdirinya sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji yaitu Boedi Oetomo pada tangal yang sama tahun 1908.  Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Walaupun, masih terdapat beberapa permasalahan dalam sejarah Boedi Oetomo dan penentuan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. terdapat Sejarah Hitam di Balik 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Tetapi jika kita teliti lebih jauh, setiap kebangkitan selalu berawal dari pemikiran dan tangan-tangan para pemuda, khususnya mahasiswa. Sebagaimana kita lihat bahwa inisiator berdirinya Boedi Oetomo adalah para mahasiswa STOVIA. Pada masa Rasulullah, assabiqunal awwalun atau sahabat yang pertama bersyahadat dan masuk Islam adalah Ali bin Abi Tholib yan kala itu masih berumur 10 tahun. Kemudian kisah Mus'ab bin Umair, duta Isam pertama yang membuka Yastrib (madinah), Ia memeluk Islam pada usia 24 tahun. Ada juga Usamah bin Zaid yang ikut perang Khandaq pada usia 15 tahun dan daam usianya yang masih 19 tahun ia menjadi panglima perang termuda pada saat perang melawan Romawi. Muhammad Al-Fatih, Seorang panglima perang yang berhasil menaklukkan konstantinopel juga seorang pemuda, ia kala itu berusia 21 tahun. Dan yang baru saja kita peringati dari bangsa kita Indonesia, yaitu momen reformasi (15 mei 1998) dimana revolusi indonesia dalam melawan rezim diktator adalah perlawanan yang digerakkan oleh para pemuda, para mahasiswa.

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)

Ibnu Abbas r.a. dalam tafsir Ibnu Katsir III/183 QS.Al-Anbiya ayat 60, menyatakan "Tak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia dipilih di kalangan pemuda sahaja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang ‘Alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda". Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah swt: "Mereka berkata: Kami dengan ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim"

Imam Syahid Hasan Al-Banna juga menyatakan bahwa "Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya.
Keempat rukun tersebut, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya."

Karena begitu dahsyatnya kekuatan pemuda, Kebangkitan Nasional Indonesia pun juga ditandai dengan adanya Sumpah Pemuda. Namun, pemuda yang dimaksudkan di sini bukanlah pemuda cengeng, alay, yang gampang heboh dan yang sejenisnya. Bukan juga pemuda yang aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cendrung main-main dan berhura-hura karena meresa tenang jiwanya dan lega hatinya. Tetapi pemuda yang dapat menjadi motor kebangkitan adalah pemuda yang mempunyai semangat juang yang tinggi, ia lebih banyak memikirkan persoalan ummat dari pada berbuat untuk dirinya sendiri. Dengan pemuda yang mempunyai semangat juang dan kesabaran, Soekarno hanya membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. (Klo pemuda alay hanya dibutuhkan 7 orang, maka akan menjadi boyband. :D)


Pemuda adalah Ruh

“Kalian adalah ruh baru yang mengalir di jantung ummat ini, lalu menjadikan jantung itu hidup dengan Al Qur’an, kalian adalah cahaya baru yang bersinar, lalu mensirnakan kegelapan materialisme dengan ma’rifatullah, kalian adalah suara yang bergema dan meninggi yang memantulkan kembali seruan Rasulullah saw …” [Hassan Al-Banna]

Sebagai ruh, kehadiran pemuda sangat ditunggu-tunggu, sebab ruh adalah harapan baru, kehidupan baru dan semangat baru. Kehadirannya tidak menyakitkan yang sudah ada, dan tidak mengancam serta mengusik orang-orang sebelumnya, bahkan seakan tidak ada perubahan apapun yang terjadi pada jasad yang dimasukinya. Sebaliknya, jika ruh itu pergi, jasad yang ditinggalkannya meronta-ronta kesakitan, orang-orang yang ada di sekelilingnya menangis, semangatpun lemah, dan kehidupan menjadi layu dan mati. Ruh mampu menggerakkan yang mati dan merubah keadaan sekitarnya. Sudahkah keberadaan kita di dunia ini menjadi ruh bagi lingkungan kita? Apakah pemuda itu adalah diri kita? Mari kita jawab dengan tindakan nyata kita.

Apakah pemuda-pemuda dengan semangat juang yang tinggi itu masih ada? saya rasa masih walaupun jumlahnya sedikit. Maka dengan keberadaan pemuda-pemuda tersebut masih ada harapan untuk bangkit.

Bagaimana kita akan bangkit dari keterpurukan bangsa saat ini? Teruslah berjuang, jaga semangatmu tetap membara dan bersabarlah...

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” (QS Al-Anfaal:65)

Marilah kita renungkan ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam menyiapkan generasi kebangkitan, ungkapan yang seakan disampaikan hari ini dihadapan para pemuda pembawa kebangkitan. Beliau berkata:

“Akan tetapi umat yang memiliki kesungguhan yang sedang melakukan kebangkitan baru dan menghadapi masa transisi  yang genting, serta ingin membangun kehidupan masa depan  yang lebih cerah diatas pondasi yang kokoh  untuk menjamin generasi yang tumbuh sejahtera dan cerah, menuntut kembalinya hak yang terampas dan harga diri yang terabaikan;  pasti membutuhkan pembinaan lain bukan hanya dengan angan-angan… namun sangat membutuhkan pada pembangunan jiwa, pengokohan akhlak, pencetakan anak bangsa yang memiliki akhlak kepahlawanan yang benar; sehingga mereka memiliki ketegaran jiwa dalam melintasi jalan yang penuh dengan rintangan dan hambatan, dan mampu mengalahkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi.. bahwa jiwa pejuang adalah rahasia kehidupan suatu bangsa dan sumber kebangkitannya, dan kekuatan umat diukur dari kesuburannya dalam memproduksi para generasi yang memiliki syarat-syarat kepahlawanan, dan saya yakin bahwa satu orang pahlawan jika benar kepahlawanannya akan mampu membangun umat dengan baik, dan dengan juga akan mampu menghancurkan suatu bangsa jika orientasinya adalah destruktif bukan konstruktif”.

Oleh karena itu, katakan dan ikrarkan dengan lantang, sebagai pemuda, sebagai ruh baru:


Bangkitlah Negriku, Harapan itu Masih Ada, karena engkau masih memiliki kami, Rijalul Haq, para pemuda pejuang kebenaran.

Post a Comment