Pengertian Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. 

Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .
Pengambilan sampel di lapangan, biasanya juga masih menghasikan kuantitas yang masih terlalu banyak untuk dianalisis. Sampel lapangan perlu dikurangi untuk mencapai jumlah tertentu yang efektif untuk dianalisis di laboratorium. Pengurangan jumlah sampel lapangan menjadi sampel tereduksi hams melalui cara khusus yang disebut teknik sampling. 

Teknik sampling hams dikenakan pada sampel lapangan yang benar-benar homogen dalam ukuran partikelnya. Terutama untuk sampel lapangan berbentuk padatan, sebelum perlakuan teknik sampling diperlukan periakuan fisik awal misalnya: pemecahan, penumbukan, pengadukan, pengayakan yang memungkinkan keseluruhan sampel lapangan homogen dalam ukuran. Penting untuk diperhatikan bahwa setiap perlakuan fisik dari sampel lapangan hams tidak menyebabkan kontaminasi atau hilangnya komponen sampel lapangan.

Metode Pengambilan Sampel:

1. Subsampling sampel analisa

Subsampling merupakan proses pengambilan contoh dari suatu populasi atau suatu lingkup area contoh yang datang ke laboratorium sehingga cuplikan dari contoh  tersebut dapat merepresentasikan populasi atau contoh yang datang. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan subsampling ditentukan oleh berbagai aspek, diantaranya jenis bahan dan tujuan dari analisisnya, perlakuan yang harus diterapkan setelah contoh diambil agar contoh tidak terkontaminasi atau rusak sampai contoh tersebut siap untuk dianalisis. Keadaan/kondisi contoh menentukan tingkat kesulitan didalam proses subsampling. Sebagai contoh, jika sample merupakan cairan satu fasa tanpa material tersuspensi, proses subsampling relatif mudah dibanding jika sample tersebut mengandung campuran beberapa partikel. Untuk itu, analis/operator harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang memenuhi syarat untuk menerapkan teknik yang tepat dalam mendapatkan contoh uji yang representatif sehingga keutuhan dan keabsahan contoh uji saat dianalisis di laboratorium dapat dijamin. Dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan para analis/operator dalam menerapkan teknik subsampling, RCChem Learning Centre akan menyelenggarakan kursus: “Teknik Subsampling Contoh Dari  Laboratorium ”.

2. Metode Coning

Hasil akhir pengurangan sampel lapangan melalui teknik sampling menghasilkan sampel analitik. Sampel analitik selama proses penyimpanan kadangkala ada yang mengalami perubahan komposisi kimiawi karena teroksidasi oleh udara atau terdekomposisi karena pembahan suhu. Terhadap sampel analitik yang tidak stabil ini hams diberi perlakuan awal untuk mencegah dekomposisi kimiawinya. Sampel analitik dalam bentuk gas atau cairan yang berada dalam keadaan kesetimbangan seringkali mengalami dekomposisi termal, sehingga perlu diberi perlakuan awal dengan menem-patkan pada kontainer khusus yang suhunya dapat diatur. Sampel padatan dalam bentuk butiran yang diambil dari lapangan perlu dilakukan penimbangan untuk dikaitkan dengan: (1) variasi komposisinya, (2) ketepatan analisis dan (3) ukuran partikel.

2.1 Pengumpulan sampel lapangan
Pengumpulan sampel lapangan dari unit-unit pengambilan sampel dilakukan secara sistematis berdasarkan waktu pengambilan atau jarak. Sampel yang diambil berdasarkan waktu adalah pengambilan jumlah tertentu secara periodik (misalnya tiap 30 menit) kemudian dikumpulkan dalam tempat tertentu sebagai sampel lapangan. Pengumpulan cara ini biasanya untuk proses yang kontinu, misalnya untuk analisis limbah. Untuk sampel berbentuk padatan atau bubuk halus, sampel lapangan yang diambil menurut jarak tertentu, seperti digambarkan secara skematis pada Gambar 1.3. Jumlah sampel lapangan yang terkumpul kadang-kadang mencapai 1000 kg.

Gambar 1.3 Skema Pengambilan Sampel Lapangan

2.2 Pengurangan Sampel Lapangan Tahap Awal (long pile)
Sampel lapangan perlu diperkecil ukuran dan jumlahnya. Untuk memperkecil ukuran sampel dapat digunakan mesin penghancur yaw crusher, ball mill, bila jumlah sampelnya sangat besar. Bila jumlah sampel lapangannya kecil, pengecilan ukuran dapat digunakan Mortar Platter dari baja atau Mortar Agate. Pengurangan jumlah sampel lapangan yang masih terlalu banyak dilakukan setelah penghalusan menghasilkan ukuran sekitar 1 inci. Pengurangan jumlah sampel dilakukan seperti

Gambar 1.4 Pengurangan Jumlah Sampel Lapangan Tahap Awal

Sampel digundukkan, kemudian dibuat gundukan memanjang {long pile). Sampel diambil secara berselang-seling dari gundukan memanjang (daerah xxxx), kemudian dikumpulkan.

2.3 Pengurangan Sampel Lapangan Tahap Akhir (coning-quartering)
Pengecilan jumlah lebih lanjut dilakukan dengan penyaringan sehingga didapatkan partikel berukuran lulus saringan 5 mesh kemudian dilakukan pengurangan jumlah melalui cara coning dan quartering. Coning dilakukan dengan membentuk sampel menjadi cone atau gundukan. Setelah sampel digundukkan, kemudian puncaknya diratakan dan dibagi menjadi 4 bagian (quartering). Dua bagiannya diambil secara berselang-seling kemudian dikumpulkan kembali menjadi sampel.

Gambar 1.5 Pengurangan Jumlah Sampel Lapangan Tahap Akhir

Proses penghasilan sampel dengan cara coning dan qaurtering dilakukan terus hingga diperoleh ukuran partikel sampel yang lolos ayakan berukuran 100 -200 mesh.

Penyimpanan sampel yang siap dianalisis kadang diperlukan untuk mencegah dekomposisi sampel sekecil mungkin. Beberapa proses yang dapat dicegah melalui cara penyimpanan yang baik adalah: penyerapan uap air oleh komponen-komponen sampel yang higroskopis, penyerapan CO2 dari udara, serta oksidasi komponen-komponen sampel oleh oksigen dari udara. Wadah yang biasa dipakai untuk menyimpan sampel adalah botol polietilen bermulut lebar.

3. Boarner divider (pembagi boarner)

Boerner biasa juga disebut dengan Boerner conical divider atau alat pembagi. Cara kerja alat Boerner ini cukup sederhana namun sangat membantu dalam proses pengujian mutu benih. Prinsip kerja alat Boerner adalah dengan membagi antara benih yang baik dengan contoh benih yang kurang potensial untuk dikembangkan. Tentunya untuk menggunakan alat Boerner ini harus menyediakan contoh dari benih yang bisa dikategorikan serupa dan juga telah memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA.

Penarikan contoh bertujuan untuk memperoleh contoh benih yang bisa menjadi sampel dari beberapa kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Di sinilah cara kerja alat type Boerner sangat diperlukan dalam membantu proses pembagian benih yang hendak dijadikan contoh tersebut.

Kemudian akan dihasilkan contoh primer yaitu benih-benih yang terseleksi dari tiap pengambilan contoh. Gabungan dari contoh-contoh primer itu dikenal sebagai contoh komposit. Contoh benih tadi yang diseleksi secara acak dari contoh komposit itu bisa dipakai sebagai contoh kiriman. Demikianlah kira-kira proses pengujian mutu benih dan proses pengambilan sampel benih yang sangat terbantu dengan adanya alat dengan menggunakan prinsip kerja alat Boerner.

4. Pembagi model Riffle

Pemisah riffle sampel digunakan untuk membagi mudah dan pengurangan sampel bahan massal dengan ukuran partikel mulai dari kurang dari 1 mm sampai maksimum 10 mm. Pembagi Riffle, tipe RF digunakan untuk membagi mudah dan pengurangan sampel bahan massal dengan ukuran partikel mulai dari kurang dari 1 mm sampai maksimum 10 mm. Setelah ekstraksi sampel yang representatif telah dilakukan, pengurangan lebih lanjut adalah prasyarat utama untuk hasil analisis yang tepat sesuai dengan karakteristik jumlah massal. Karena nya metode sampling khusus, Pembagi Riffle memberikan akurasi yang lebih unggul dari semua lainnya manual prosedur. akurasi tinggi hanya dapat diperoleh dengan pembagimekanik seperti pembagi tabung rotary Jenis PD. Para kaskade bahan sampel ke dalam dua wadah pengumpulan melalui jumlah slot, yang diatur berlawanan satu sama lain. Dengan setiap proses membagi, kuantitas pakan dibelah dua hingga kuantitas sampel yang diperlukan telah tercapai. 

Pemisah Riffle sangat cocok untuk digunakan di lapangan karena mereka dapat dioperasikan independen listrik atau mekanik sumber energi. Tipe yang tepat dari Riffle Pembagi dipilih sesuai dengan standar yang ada dan peraturan, jika tersedia, dan ukuran partikel maksimum yang menentukan lebar dibutuhkan slot di kepala membagi. Tergantung pada materi, ukuran partikel maksimum dan massa persentase daripadanya, pembukaan slot harus 1,5-3,5 kali diameter partikel terbesar.

Post a Comment