"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "
[QS Al-Isra' : 1]


Isra' mi'raj adalah peristiwa khusus yang keluar dari sunatullah di alam. Dimana Allah memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dalam waktu semalam saja. Beberapa ulama berpendapat bahwa peristiwa isra' mi'raj ini adalah mu'jizat dari Allah untuk menghibur Nabi saw. yang saat itu istri dan paman yang melindunginya meninggal dunia. Tetapi yang pasti, adanya peristiwa isra' mi'raj sebagai tanda diturunkannya perintah sholat wajib 5 waktu.

Di masa jahiliyah, ilmu pengetahuan masih terbatas. Berita tentang isra' mi'raj tersebut menjadi ujian keimanan tersendiri. Betapa tidak, kejadian yang tidak masuk akal yang hingga kini rahasianya belum terungkap secara ilmiah, harus bisa diterima oleh ummat yang jahil yang hidup pada peradaban terbelakang. Karena besarnya ujian keimanan terhadap peristiwa ini, Abu Bakar pun mendapatkan gelar Ash-Shidiq sebagai sahabat pertama yang membenarkan dan mengimani kejadian ini, sementara sebagian sahabat ada yang ragu, dan ada pula yang ingkar.

Peristiwa yang menjadi ujian keimanan terberat bagi kaum muslimin saat itu, dibarengi dengan turunnya perintah sholat 5 wajib waktu. Hal ini menunjukkan bahwa untuk dapat menegakkan (bukan hanya melaksanakan) sholat fardhu sesuai syari'at dan sunnah Rasul membutuhkan keimanan yang besar. Hanya orang-orang yang berimanlah yang dapat melaksanakan syari'at ini. Dan karena sholat wajib 5 waktu harus di awali dengan keimanan, maka sholat fardhu dijadikan sebagai tanda batasan antara keimanan dan kemurtadaan.

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?, mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat."
(Q.S. Al-Mudatstsir : 42-43)

Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat" 
[Hadits Riwayat Muslim dalam kitab Shahihnya, kitab Al-Iman (82)]

Dari peristiwa ini juga, kita seharusnya dapat mengambil pelajaran, bahwa keimanan tidak selalu meminta pembuktian yang rasional. Iman adalah kepercayaan dan loyalitas, untuk mengujinya tentu harus melalui hal yang tidak masuk akal sehingga diketahui siapa yang loyal (beriman) dan siapa yang tidak. Iman adalah cinta, dan cinta kadang-kadang tak mengenal logika. Kata pepatah, ''klo cinta melekat, tai kucing rasa coklat''. Klo kata agnes monica, ''Cinta ini kadang kadang tak ada logika'' hehehe...

Post a Comment